Qurban atau Udhiah bermaksud menyembelih haiwan yang tertentu jenisnya daripada ternakan yang dikategorikan sebagai al-an'am iaitu unta, lembu (termasuk kerbau), biri-biri dan kambing pada Hari Nahr atau Hari Raya Haji (10 Zulhijjah) dan pada hari-hari Tasyrik (11,12 dan 13 Zulhijjah) kerana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Sejarah Ibadah Qurban
Sejarah qurban itu dibagi menjadi tiga, yaitu : zaman Nabi Adam As; zaman Nabi Ibrahim As; dan pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Pertama pada zaman Nabi Adam As. Qurban dilaksanakan oleh putra-putranya yaitu bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok peternak. Saat itu sudah mulai ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk qurban.
Sebagai petani si Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai peternak si Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kurban, untuk siapa semua itu diqurbankan, padahal waktu itu manusia belum banyak. Diterangkan dalam sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat yaitu di Padang Arafah yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jemaah haji.
Baik buah-buahan yang diqurbankan si Qabil maupun hewan ternak yang diqurbankan si Habil, dari kedua orang tersebut mempunyai sifat berbeda. Si Habil mengeluarkan hewan diqurbankan dengan tulus ikhlas. Dipilih hewan yang gemuk dan sehat, dan dia taat terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.Berbeda dengan si Qabil, Dia memilih buah-buahan yang jelek-jelek dan sudah afkiran.
Ketika keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang habis adalah qurban yang dikeluarkan oleh si Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh, tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27 : "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".
Kurban si Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang bagus-bagus dan dikeluarkan dengan tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil mengeluarkan sebagian harta yang jelek-jelek dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah. Akhirnya si Qabil menaruh dendam kepada si Habil. Berawal dari perebutan calon istrinya, dimana peraturan waktu itu dengan sistem silang.
Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As. Dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shafaat ayat 100-111 yang menceritakan mengenai qurban dan pengorbanan. Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh" (Q.S>37:100)
Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar diberi hadiah seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir).Dari Siti Hajar lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-tengah padang pasir yang disebut. Bahkan kemudian dikenal dengan Mekkah.
Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem kota tempat Masjidil Agsho. Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti Hajar dan Ismail.
Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ai kembali ke Bukit Marwah yang terakhir. Ia merasa khawatir terhadap anaknya barangkali Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah sambil berteriak kegirangan :"zami-zami?" itulah kemudian
menjadi sumur Zam-Zam itulah kemudian menjadi sumur Zam-zam. Di situlah Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim dan ditempat itulah Allah SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.
Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Hajj : 27 : "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai onta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh".
Memang sudah disiapkan oleh Allah, disana tidak ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada gunung berapi yang menyebabkan ada sumber kehidupan tapi atas kehendak Allah maka jadilah sumur "Zam-zam"."Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di Yerusalem sampai Nabi Ismail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti Sarah hamil yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak. Nabi Ibrahim diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk menengok istri dan anaknya yang pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya sudah mulai besar. Dalam suatu riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai besar itu Nabi Ismail menjadi kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash Shaffaat : 102 : "Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pemdapatmu " Ia menjawab: "hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi (ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.
Setelah terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi Ismail, kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah), baru lebih kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: "Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?". Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: "Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa kita melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri kita. Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ".
Dan yang ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW. Masalah kurban diceritakan kembali yaitu di dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3 "Se-sungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan Berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus".
Berbicara tentang kenikmatan, Allah mengingatkan: "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tiadalah dapat kamu mengitungnya" (QS:Ibrahim: 34). Oleh karena itu berkaitan dengan ibadah kurban yang sudah ada sejak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman: "Dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah", Sholat merupakan hubungan vertikal dengan Allah untuk mensyukuri nikmat Allah. Hubungan antara sesama manusia secara horisontal diwujudkan bahwa setelah shalat Idul Adha yaitu dengan berkurban memotong hewan ternak berupa kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Kita biasanya serius ketika beribadah langsung dengan Allah tapi kadang-kadang ibadah sesama manusia seringkali kurang serius. Allah SWT mengingatkan dalam surat Al-MaaHuun ayat 1-7 : "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan ) barang berguna".
Qurban ini merupakan masalah ubudiyah yang bersifat sosial yang berhubungan dengan sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian harta.
Maka qurban secara lughatan bahasa dengan berdasarkan pada surat Al-Maidah ayat 27 "Qurban" berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan ridho serta mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT (surat Al-Kaustar) dengan memotong hewan kurban, adalah untuk mendeka
tkan diri kepada Allah SWT. Memotong hewan kurban; unta, sapi, kerbau, dan kambing, dengan tujuan taqwa kepada Allah. Ditegaskan dalam surat Al-Hajj : 37 : "daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah tapi ketaqwaan dari pada kamulah yang dapat mencapainya".
Waktu berkurban dimulai sejak tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah. Masa memotong qurban pada tanggal 10 disebut "Yaumul nahar"yaitu hari untuk menyembelih kurban. Sedangkan tanggal 11, 12, 13 dinamakan "yaumul tsyriq" Di luar waktu tersebut bila kita memotong hewan dinamakan sedekah. Maka kalu niatnya berkurban harus dilakukan padan waktu-waktu tersebut, yakni pada tanggal 10,11,12, dan 13 Dzulhijjah.
Hukumnya berkurban ada dua pendapat: Petama, wajib bagi orang yag mampu (kalau dibelikan kambing tidak akan mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga). Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya sunnah mu’akadah. Adapun diwajibkan secara mutlak yaitu kurban yang disebut Nadzar yang seseorang yang sudah meniatkan untuk memotong hewan apabila niatnya terkabul.
Dasar kewajiban ibadah kurban juga berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW: "Barang siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berqurban) tapi tidak mau berqurban maka janganlah dia mendekati Musholla kami".
Hadis ini merupakan suatu kritikan yang seolah-olah Nabi Muhammad SAW berkata: "Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu tidak mau berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan". Oleh karena itulah bagi yang mampu hukumnya wajib untuk berqurban yakinlah bahwa apabila kita berqurban tidak akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita menjadi miskin.
Adapun binatang yang boleh untuk berqurban adalah unta, sapi, kerbau, dan kambing. Kalau tidak mampu, memang tidak wajib. Diriwayatkan ada seorang sahabat yang miskin yang tidak sanggup membeli seekor kambing, oleh karena itu dibolehkan hanya membeli dagingnya saja untuk berqurban, tapi yang riel berqurban wujudnya memang seekor binatang sebagaimana tersebut diatas.
Daging kurban boleh dibagikan kepada tiga asnap menurut syariat. Boleh dimakan sekeluarga sendiri paling banyak 1/3 bagian, 1/3 bagian lagi untuk fakir miskin dan 1/3 bagian lagi untuk handai tolan dan kenalan. Boleh juga secara keseluruhan diserahkan kepada panitia dan terserah panitia yang membagikannya. Bila hanya minta pahanya saja bagi berqurban masih diperbolehkan asal bukan qurban nadzar.
Apa hikma ibadah kurban? Hikmahnya antara lain menggembirakan fakir-miskin. Sebab tidak semua orang mampu makan dengan daging walau adanya di kota besar, masih banyak kawan kita, saudara kita, tetangga kita yang makan daging sebulan sekali. Sehari-harinya hanya makan alakadarnya. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berqurban dengan niat ikhlas kelak dikemudian hari akan mengantarkan kita menuju surga yaitu binatang yang telah kita kurbankan, yang merupakan wujud amal salehnya.
Dalam hadis yang lain nabi Muhammad SAW bersabda : "Tiap-tiap rambut yang dikurbankan adalah merupakan "Khair". Ungkapan "Khair" ini mengandung arti keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kemurahan Allah dan kalau orang sudah mendapatkan khairat maka berarti dia telah memperoleh segala-galanya dari Allah. Itulah hikmah daripada ibadah qurban. Wallaahu 'alam bish-showab
HUKUM MELAKUKAN IBADAH QURBAN
* Imam Syafie berpendapat hukum melakukan ibadah qurban ini adalah sunat Muakkadah iaitu sunah yang amat digalakkan atau dituntut ke atas setiap individu Muslim yang merdeka, berakal, baligh lagi rasyid serta berkemampuan melakukannya sama ada sedang mengerjakan haji ataupun tidak sekurang-kurangnya sekali seumur hidup.
* Makruh meninggalkan ibadah ini bagi orang yang mampu melakukannya.
* Hukum qurban ini menjadikan wajib jika seseorang itu telah bernazar untuk melakukannnya atau telah membuat penentuan (at-ta'yin) untuk melaksanakannya seperti seseorang berkata "lembu ini aku jadikan qurban". Jika tidak dilakukan dalam keadaan ini maka hukumnya adalah haram.
* Daging qurban wajib tidak dibenarkan untuk dimakan oleh yang empunya qurban dan tanggungannya.
Cara Melaksanakan Ibadah Qurban
Ulama ahli sunnah wal jamaah telah menetapkan satu kaedah asas dalam menentukan sama ada amal ibadah kita diterima atau ditolak oleh ALLAH. Adalah penting bagi kita untuk benar-benar memahami kaedah asas ini agar kita tidak melakukan amalan yang sia-sia kerana ia tidak diterima ALLAH.
Kaedah yang dimaksudkan oleh penulis adalah amal ibadah tersebut hendaklah dikerjakan semata-mata ikhlas kerana ALLAH dan mengikuti (ittiba’) sunnah Nabi s.a.w.
Firman ALLAH S.W.T:
“DIAlah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu, siapakah antara kamu yang lebih baik amalnya dan DIA Maha Berkuasa (membalas amal kamu) lagi Maha Pengampun (bagi orang-orang yang bertaubat).” - Surah al-Mulk: 2.
Oleh itu, sewajarnya dalam melaksanakan ibadah korban bersempena dengan perayaan Aidil Adha ini, kita berusaha sedaya upaya mencontohi sunnah-sunnah Nabi s.a.w seperti berikut:
1. Waktu perlaksanaan ibadah korban.
Menyembelih binatang korban hanya boleh dilaksanakan setelah selesai solat hari raya Aidil Adha dan berlanjutan sehingga akhir hari Tasyriq, iaitu tiga hari selepas solat hari raya Aidil adha. Oleh itu, penyembelihan haiwan korban boleh dilaksanakan pada 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Imam Syafie r.h berkata:
“Waktu menyembelih haiwan korban adalah ketika imam telah selesai solat Aidil Adha…Apabila hari-hari Mina telah berlalu (tarikh 11, 12 dan 13 Dzulhijjah), tidak boleh lagi menyembelih korban.” – Rujuk Kitab Mukhtasar Kitab al-Umm fi al-Fiqh karya Imam Syafie, edisi terjemahan bertajuk Ringkasan Kitab al-Umm, Peringkas dan peneliti Hussain Abdul Hamid Abu Nashir Nail, Pustaka Azzam, Jakarta (2004), jil. 1, m.s. 737.
Sabda Rasulullah s.a.w:
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا نُصَلِّي ثُمَّ نَرْجِعُ فَنَنْحَرُ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا وَمَنْ ذَبَحَ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لأَّهْلِهِ لَيْسَ مِنْ النُّسُكِ فِي شَيْء
Maksudnya:
“Sesungguhnya perkara pertama yang kita mulakan pada hari ini (Aidil Adha) ialah kita solat kemudian menyembelih (bintang korban). Oleh itu, sesiapa yang melakukan sebegitu dia telah menepati sunnah kami. Sesiapa yang menyembelih sebelum solat, sesungguhnya sembelihan itu hanyalah menjadi daging untuk diberikan kepada keluarganya (sedekah) bukan termasuk binatang korban.” – Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 1961
Sabda Rasulullah s.a.w:
مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَلْيُعِدْ
Maksudnya:
“Sesiapa yang menyembelih sebelum dia solat (Aidil Adha), dia hendaklah mengulanginya.” – Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahih al-Bukhari, hadis no: 5561.
Sabda Rasulullah s.a.w:
كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
Maksudnya:
“Seluruh hari-hari Tasyriq merupakan waktu penyembelihan.” – Hadis riwayat Ahmad di dalam Musnad Ahmad, hadis no: 16151.
2. Haiwan korban tersebut tidak memiliki kecacatan.
Kita hendaklah pastikan bahawa haiwan yang hendak kita korbankan tersebut adalah dari jenis baka yang baik serta tidak memiliki kecacatan seperti buta, tempang, kurus, tanduk patah, telinga terkoyak, lemah dan penyakit lain.
Sabda Rasulullah s.a.w:
أَرْبَعٌ لاَ تَجُوزُ فِي الأََضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لاَ تَنْقَى
Maksudnya:
“Empat jenis binatang yang tidak dibolehkan dalam ibadah korban: Buta sebelah matanya yang jelas butanya, sakit yang jelas sakitnya, tempang yang jelas bengkoknya, tidak berdaya berjalan dan yang tidak mempunyai lemak (kurus).” – Hadis riwayat Abu Daud di dalam Sunan Abu Dawud, 2420.
3. Tidak menggunting rambut dan memotong kuku.
Bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah korban, dia tidak boleh menggunting rambut dan memotong kukunya semenjak tarikh 1 Dzulhijjah sehingga dia melaksanakan ibadah korban tersebut.
Sabda Rasulullah s.a.w:
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ
Maksudnya:
“Jika telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan salah seorang antara kamu semua ingin menyembelih korban, janganlah memotong rambut dan kukunya walau sedikit.” – Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 1977.
Larangan memotong rambut ini termasuk juga mencabut mahupun mencukur atau apa-apa cara yang boleh menghilangkan segala jenis rambut dan bulu di badan.
Menurut Imam al-Nawawi r.h:
“Yang dimaksudkan dengan larangan memotong kuku dan rambut adalah larangan menghilangkan kuku dengan memotong, mencabut atau dengan cara lain (secara sengaja). Termasuk juga larangan menghilangkan rambut baik sama ada mencukur, memendek, mencabut, membakar, menggunakan sesuatu untuk menghilangkan rambut dan apa jua cara sama ada pada bulu ketiak, misai, bulu ari-ari, rambut atu bulu-bulu lain di bahagain anggota badan yang lain.”
Rujuk Kitab Syarh Muslim karya Imam al-Nawawi, jil. 13, ms. 138-139. Diukil dari kitab Ahkaam al-’Iedain fis Sunnah al-Muthaharah karya Syeikh ‘Ali bin Hassan al-Halabi al-Atsari, edisi terjemahan dengan tajuk Meneladani Rasulullah Dalam Berhari Raya, Pustaka Imam asy-Syafie, Jakarta (2005), ms. 98.
Bagi mereka yang sengaja mahupun tidak sengaja memotong kuku ataupun rambut sebelum melaksanakan ibadah korban, memadai dia memohon keampunan kepada ALLAH dengan bersungguh-sungguh. Dia tidak dikenakan fidyah (tebusan atau denda).
Ibn Qudamah r.h berkata:
“Jika perkara itu berlaku, dia hendaklah segera beristighfar (memohon ampun) kepada ALLAH. Menurut ijmak tidak ada fidyah sama sekali, baik dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja.” – Rujuk Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah, jil. ms. 96. Dinukil dari kitab Ahkaam al-’Iedain fis Sunnah al-Muthaharah karya Syeikh ‘Ali bin Hassan al-Halabi al-Atsari, ms. 99
4. Seekor unta atau lembu boleh dibahagikan kepada 7 bahagian.
Jabir r.a berkata:
نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Maksudnya:
“Kami pernah menyembelih (haiwan korban) bersama Rasulullah s.a.w ketika di Hudaibiyah. Seekor unta untuk 7 orang dan menyembelih lembu untuk 7 orang bersama-bersama Rasulullah s.a.w.” – Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 1318.
5. Boleh berkorban untuk diri sendiri serta ahli keluarganya.
Seseorang dibenarkan berkorban serta berkongsi pahalanya bagi dirinya sendiri serta bagi pihak keluarganya sekalipun jumlah yang ramai dan hanya dengan seekor kambing atau sebahagian dari tujuh bahagian itu.
Atha’ bin Yassar pernah bertanya kepada Abu Ayyub al-Ansori tentang cara berkorban pada zaman Rasulullah s.a.w. Lalu Abu Ayyub menjawab:
كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ
Maksudnya:
“Dulu seseorang berkorban seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya lalu mereka memakannya dan membahagikannya kepada orang lain.” – Hadis riwayat al-Tirmizi di dalam Sunan al-Tirmizi, hadis no: 1425.
6. Ibadah korban dilaksanakan di musolla.
Menurut sunnah Nabi s.a.w. solat sunat Aidil Adha mahupun Aidil Fitri dilaksanakan di musolla, tempat terbuka (seperti padang) sehingga khatib dapat melihat semua hadirin. Dalil yang menunjukkan disunnahkan untuk mengerjakan solat sunat Hari Raya di musolla adalah sebuah hadis daripada Abu Sa’id al-Khudri r.a, dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى. فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ.
Pada hari Aidil Fitri dan Aidil Adha, Rasulullah s.a.w. keluar menuju musholla. Ketika itu yang pertama baginda lakukan adalah solat Hari Raya. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari di dalam Shahihnya, no: 956.
Sebagaimana yang telah kita maklum solat di Masjid Nabawi adalah lebih baik daripada solat 1,000 kali di masjid lain selain Masjidil Haram. Namun ternyata meskipun dengan keutamaan sebesar ini Rasulullah s.a.w. tetap memerintahkan para sahabat untuk mendirikan solat Hari Raya di musolla. Ibnu Qudamah r.h di dalam al-Mughni (jilid 3, ms. 260) berkata:
“Mengerjakan solat Hari Raya di musholla adalah sunnah, kerana dahulu Nabi s.a.w. keluar ke tanah lapang dan meninggalkan masjidnya (iaitu Masjid Nabawi). Demikian pula para khulafa’ al-Rasyidin. Dan ini merupakan kesepakatan kaum muslimim. Mereka telah sepakat di setiap zaman dan tempat untuk keluar ke tanah lapang ketika solat Hari Raya.”
Oleh itu disunnahkan melaksanakan ibadah korban di tanah lapang yang digunakan untuk mengerjakan solat Aidil Adha (musolla) demi memperlihatkan syiar Islam.
Menurut Ibn Umar r.a, Nabi s.a.w telah bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْبَحُ وَيَنْحَرُ بِالْمُصَلَّى
Maksudnya:
“Sudah menjadi kebiasaan baginda menyembelih dan berkorban di musolla.” – Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahih al-Bukhari, hadis no: 5552.
7. Sunnah menyembelih sendiri haiwan korban.
Sunnah dan afdal mereka yang ingin melaksanakan ibadah korban tersebut agar menyembelih haiwan korbannya dengan tangannya sendiri.
Anas r.a berkata:
ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ
Maksudnya:
“Nabi s.a.w pernah berkorban dengan dua ekor kambing biri-biri yang bagus lagi bertanduk. Baginda menyembelih kedua-duanya dengan tangan baginda sendiri.” - Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahih al-Bukhari, hadis no: 5565.
Namun, dibolehkan juga bagi mereka yang ingin berkorban mewakilkan penyembelihan kepada orang Islam yang lain.
8. Menyembelih haiwan korban mengikut sunnah.
Hendaklah menyembelih haiwan korban menggunakan objek yang tajam seperti pisau dan dilakukan dengan cepat agar haiwan tersebut mati dengan serta-merta. Sebelum upacara menyembelih diadakan, baringkan haiwan korban tersebut pada sebelah sisi kirinya agar mudah memegang pisau dengan tangan kanan dan memegang atau menahan lehernya dengan tangan kiri. Ketika menyembelih hendaklah membaca (بِسْمَ اللهِ وَاللهُ أَكْبَر).
Anas r.a berkata:
ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Maksudnya:
“Nabi s.a.w pernah berkorban dengan dua ekor kambing biri-biri yang bagus lagi bertanduk. Baginda menyembelih kedua-duanya dengan tangan baginda sendiri dengan menyebut nama ALLAH dan bertakbir seraya meletakkan kaki baginda pada lambung keduanya.” - Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahih al-Bukhari, hadis no: 5565.
Ketika menyembelih kita hendaklah mengerat salur udara, kerongkong dan saluran darah leher haiwan tersebut tanpa mengerat gentian saraf di dalam tulang belakang. Darah dari anggota badan haiwan korban tersebut hendaklah dialirkan keluar sepenuhnya sebelum melapahnya.
9. Daging korban tersebut boleh dimakan, disedekah dan dihadiahkan.
Sunnah bagi keluarga yang melakukan ibadah korban turut memakan sebahagian daging, menghadiahkan sebahagiannya kepada orang lain dan mensedekahkan sebahagian yang lain. Malah, mereka juga boleh menyimpan daging tersebut.
Sabda Nabi s.a.w:
فَكُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
Maksudnya:
“Makan dan simpanlah serta sedekahkanlah (daging korban itu).” - Hadis riwayat al-Muslim di dalam Sahih al-Muslim, hadis no: 1971.
10. Tidak boleh mengupah tukang sembelih dengan daging korban.
Sudah menjadi lumrah bagi masjid-masjid di Malaysia memberi tukang sembelih daging korban tersebut sebagai upah bagi kerjanya. Perbuatan ini bertentangan dengan syarak dan dilarang keras oleh Rasulullah s.a.w. Upah kepada tukang sembelih hendaklah diberikan menggunakan harta sendiri dan bukannya dari hasil daging binatang korban itu.
Ali r.a berkata:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لاَ أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا. قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا
Maksudnya:
“Nabi s.a.w pernah menyuruhku menyempurnakan seekor unta milik baginda kemudian menyedekahkan daging, kulit dan pelindung yang dikenakannya serta aku juga tidak memberi apa pun kepada tukang sembelih tersebut. Dia berkata: Kami memberinya dengan harta kami sendiri.” - Hadis riwayat Muslim di dalam Sahih Muslim, hadis no: 1317.
Demikianlah beberapa sunnah Rasulullah s.a.w ketika melaksnakan ibadah korban sempena sambutan Aidil Adha. Oleh itu, kita hendaklah bersungguh-sungguh mengamalkan sunnah-sunnah tersebut.
Berbahagialah orang-orang yang diberi taufik oleh ALLAH dalam beribadah kepadaNYA dengan mengikuti sunnah NabiNYA dan tidak mencampur-adukkannya dengan amalan bid’ah.
Oleh: Mohd Yaakub Mohd Yunus
ATTN: Jika ada sebarang kesilapan maklumat mengenai artikel ini, sila perbetulkan untuk perkongsian ilmu kita semua. terima kasih.
Sumber: http://kkcafe.net/forum/viewthread.php?thread_id=1407&pid=10125#post_10125
0 comments:
Post a Comment